Tribunnews.com | Selasa, 29 Mar 2010 | Abu Dhabi saat ini sedang membangun kota netral karbon pertama di dunia dan dirancang tidak saja bebas dari mobil dan pencakar langit tetapi juga menggunakan tenaga surya.
Sepintas bentang darat Abu Dhabi tampak seperti tempat yang tidak masuk akal untuk dibangun sebuah kota, apalagi kota berkesinambungan. Dengan tanahnya yang kering, satu-satunya cara agar bisa bertahan hidup di keemiratan ini adalah dengan dukungan teknologi maksimal.
Namun keistimewaan Masdar -bila sukses nanti- terletak pada kombinasi teknologi abad ke-21 dan arsitek gaya tradisional padang pasir. Kota yang sedang dibangun ini bisa menampung sekitar 50.000 orang, sedikitnya, 1.000 usaha dan satu universitas.
Proyek dengan biaya antara US$ 15-30 miliar itu dirancang oleh perusahaan arsitek Inggris Foster and Partners, dan dibiaya oleh pemimpin Abu Dhabi Sheikh Khalifa bin Zayed Al Nahyan.
Para arsitek berusaha mengubah tenaga surya sebagai ancaman terbesar di padang pasir menjadi aset terbesar di gurun. Mereka telah membangun ladang tenaga surya terbesar di kawasan Timur Tengah guna menerangi Masdar dan guna mengimbangi penggunaan bahan bakar solar dan pembakaran semen selama pembangunan berlangsung.
Insinyur dari berbagai negara merasa bangga dengan proyek mereka. Pembangunan ini lebih dari sekedar membangun proyek, tetapi sekaligus berfungsi sebagai laboratorium dan ada kemungkinan hasilnya tidak sesuai harapan.
Kepala arsitek Masdar Gerard Evenden menjelaskan tujuan pembangunan kota netral karbon. “Apa yang diciptakan di Abu Dhabi adalah energi terbarukan Silicon Valley,” kata Evenden.
Negara-negara Emirat mengalami pertumbuhan pembangunan luar biasa di dunia berkat penghasilan dari minyak dan dengan bantuan mesin pendingin, AC yang juga tergantung pada minyak untuk mengoperasikannya.
Namun Kota Masdar ditetapkan harus lebih sejuk dan rendah karbon. Salah satu pemecahannya tampak sekali ketika pengunjung tiba di kota yang dikelilingi tembok. Berbeda dengan kota Dubai atau Abu Dhabi, Masdar tersusun rapat seperti kota-kota kuno di dunia Arab.
Jalan-jalan sengaja dibuat sempit agar gedung-gedung yang ada saling menaungi. Tembok dan atap bangunan akan dibuat sedemikian rupa sehingga bisa melepas suhu panas.
Bagian depan yang vertikal dilengkapi dengan kasa yang tampak seperti lubang jala guna menghindari sinar matahari tetapi angin tetap bisa masuk.
“Teknologi tenaga bulan mulai mempengaruhi pemikiran kami,” kata kepala arsitek Masdar Gerard Evenden.
Mereka sedang mengadakan uji coba dengan menggunakan penutup permukaan kertas foil tipis, selimut gas atau vakum guna mencegah suhu panas masuk.
Guna menggerakan angin, mereka membangun menara kincir angin, sehingga angin bisa diarahkan ke jalan-jalan tanpa menggunakan tenaga.
Mobil-mobil konvensional harus dititipkan di pintu gerbang kota dan pengunjung atau warga yang tinggal di sana bisa memilih mode transportasi paling tua dan paling baru.
Kota Masdar juga akan memiliki moda transportasi Personal Rapid Transit atau podcars. Kendaraan tanpa pengemudi ini dipandu oleh sensor magnetik yang digerakkan dengan tenaga surya dan kendaraan bisa berhenti secara otomatis bila mengalamai masalah.
Direktur proyek Masdar Kaled Awad mengatakan Masdar akan menjadi kota yang sehat.
“Kualitas udara akan lebih bagus dibanding jalan-jalan manapun di Teluk dan di dunia. Hal itu akan menciptakan keselamatan, kesehatan dan kebahagiaan,” kata Awad.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar